Senin, 16 Maret 2015

Kenikmatan Ibu KostKu



Sudah hampir setahun Mulyadi tinggal di tempat kost bu Marta. Bisa tinggal di tempat kost ini awalnya secara tidak sengaja ketemu bu Marta di pasar. Waktu itu bu Marta kecopetan, trus teriak dan kebetulan Mulyadi yang ikut menolong menangkap copet dan mengembalikan dompet bu Marta. Trus ngobrol sebentar, kebetulan Mulyadi lagi cari tempat kost yang baru dan tidak secara kebetulan bu Marta mengatakan dia punya tempat kost atau bisa di bilang rumah bedengan yang dikontrakkan, yah jadi deh tinggal di kost-an bu Marta.

Bu Marta lumayan baik terhadap Mulyadi, kelewat baik malah, karena sampai saat ini Mulyadi sudah telat bayar kontrak rumah 3 bulan, dan bu Marta masih adem-adem aja. Mungkin masih teringat pertolongan waktu itu. Tapi justru Mulyadi yang gak enak, tapi mau gimana, lha emang duit lagi seret. akhirnya Mulyadi lebih banyak menghindar untuk ketemu langsung dengan bu Marta.

Sampai satu hari…… waktu itu masih sore jam 4. Mulyadi masih tidur-tiduran dengan malasnya di kamarnya. Tempat kost itu berupa kamar tidur dan kamar mandi di dalam. Terdengar pintu kamarnya di ketok… tok..tok..tok.. lalu suara bu Marta yang manggil,”Mul…Mulyadi… ada di dalem gak?” Sontak Mulyadi bangun, wah bisa berabe kalo nanyain duit sewa kamar nie, pikir Mulyadi. Dengan cepat meraih handuk, pura-pura lagi mandi aja ah, ntar juga bu Marta pergi sendiri. Setelah masuk kamar mandi kembali terdengar suara bu Marta,” Mul lagi tidur ya..?” dan dari kamar mandi Mulyadi menyahut sedikit teriak,” lagi mandi bu….”

Sesaat tidak ada sahutan, tapi kemudian suara bu Marta jadi dekat,”ya udah mandi aja dulu Mul,  ibu tunggu di sini ya…” eh ternyata masuk ke kamar, Mulyadi tadi gak mengunci pintu. “busyet dah, terpaksa bener-bener harus mandi nie,”pikir Mulyadi.

Sekitar lima belas menit Mulyadi di kamar mandi, sengaja mandinya agak dilamain dengan maksud siapa tau bu Marta bosan trus gak jadi nunggu. Tapi rasanya percuma lama-lama toh bu Marta sepertinya masih menunggu. Akhirnya keluar juga Mulyadi dari kamar mandi, dengan hanya handuk yang melilit di pinggang, tidak pakai celana dalem lagi, maklum tadi gak sempet ambil karena terburu-buru.

Bu Marta tersenyum manis melihat Mulyadi yang salah tingkah,”lama juga kamu mandi ya Mul…” bu Marta membuka pembicaraan. “pasti bersih banget mandinya ya…” gurau bu Marta sambil sejenak melirik dada bidang Mulyadi. “ah ibu bisa aja… biasa aja kok bu.., oh ya ada apa ya bu..?” jawab Mulyadi sekenanya saja sambil mengambil duduk di pinggiran tempat tidur. Bu Marta mendekat dan duduk di samping Mulyadi, “Cuma mau ngingetin aja, uang sewa kamarmu dah telat 3 bulan lho… trus mau ngobrol-ngobrol aja sama kamu, kan dah lama gak ngobrol, kamu sie pergi mlulu…”ucap bu Marta. Mulyadi jadi kikuk,”wahduh… kalo uang sewanya ntar aku bayar cicil boleh gak bu? Soalnya lagi seret nie…” jawab Mulyadi dengan sedikit memohon.

Bu Marta terlihat sedikit berpikir…”mmmm… boleh deh, tapi jangan lama-lama ya… emang uangmu di pakai untuk apa sie?” terlihat bu Marta sedikit menyelidik. “hmmm… pasti buat cewe mu ya…”dia terlihat kurang senang.

“ah nggak juga kok bu….. saya emang lagi ada keperluan,” jawab Mulyadi hati-hati melihat raut wajah bu Marta yang kurang senang.

“huh…laki-laki sama aja, kalo lagi ada maunya, apa aja pasti di kasih pada perempuan yang lagi di dekatinya, hhhh… sama aja dengan suamiku….”keluh bu Marta dengan nada kesal.

Waduh nampaknya bu Marta lagi marahan nie sama suaminya, jangan-jangan amarahnya ditumpahkan pula sama Mulyadi. Dengan cepat Mulyadi menjawab,”tapi saya janji kok bu, akan saya lunasi kok…”

“hhhhh….”bu Marta menghela nafas,”udahlah Mulyadi, gak apa-apa kok, gak di bayar juga kalo buat kamu ga masalah… ibu Cuma lagi kesel aja sama suamiku, dia cuma perhatiannya sama Sulastri terus… aku seperti gak dianggap lagi, mentang-mentang Sulastri jauh lebih muda ya.”

sedikit penjelasan bahwa bu Marta ini istri pertama dari pak Sugeng, sedangkan istri keduanya bu Sulastri. Dan sekarang sepertinya pak Sugeng lebih sering tinggal di rumahnya yang satu lagi bersama bu Sulastri dan bu Marta tampaknya udah mulai kesepian nie

“wah kalo masalah keluarga sie aku kurang paham bu…. “jawab Mulyadi kikuk

“gak apa-apa Mul, ibu hanya mau curhat aja sama kamu… boleh kan Mul?” suara bu Marta sendu. Agak lama terdiam, terdengar tarikan nafas bu Marta terasa berat, dan sedikit sesunggukan, waduh lama-lama bisa nangis nie, gawat dong pikir Mulyadi.

“udah bu jangan terlalu dipikirkan, nanti juga pak Sugeng kembali lagi kok, kan ibu juga gak kalah cantiknya sama bu Sulastri,” Mulyadi bermaksud menghibur.

“ah kamu Mul… emang ibu masih cantik menurutmu?” bu Marta menatap sendu ke arah Mulyadi, terlihat dua butir air mata mengalir di pipinya. Uhh…. ingin rasanya Mulyadi menghapus air mata itu, pak Sugeng emang keterlaluan masa wanita cantik nan elok seperti ini dianggurin sie, coba Mulyadi bisa berbuat sesuatu… busyet… Mulyadi memaki dalam hati… “kenapa otak gwa jadi kotor gini.”

Dengan sedikit gugup Mulyadi menjawab,”mmm…eee…iya kok bu, ibu masih cantik, kalo masih gadis mungkin aku yang duluan tergoda.” Uupsss …. Maksud hati ingin menghibur, tapi kenapa kata-kata yang menggoda yang keluar dari mulut… gerutu Mulyadi dalam hati. Mulyadi jadi panik, jangan-jangan bu Marta marah dengan ucapan Mulyadi. Tapi ternyata Mulyadi salah, karena bu Marta tersenyum, manis sekali dengan deretan gigi yang putih dan rapi,”ih  Mulyadi bisa aja menghibur…. Iya juga sie, kalo masih gadis bisa aja tergoda, pantes aja suamiku gak ngelirik aku lagi, bis nya dah tua sie…” rona wajah bu Marta berubah sedih lagi,”kalo menurutmu Mul, apa ibu emang gak menarik lagi…?” sambil berdiri dan memperhatikan tubuhnya kemudian menatap Mulyadi minta penilaian. Terang aja Mulyadi makin kikuk,”wah aku mau ngomong apa ya bu…? Takutnya nanti di bilang lancang lho… tapi kalo mau jujur…. Ibu cantik banget, seperti masih 30an deh.”

Bu Marta tampaknya senang dengan pujian itu,”hmmm.. kamu ada-ada aja saja… ibu udah 43 lho.. emang Mulyadi liat dari mananya bisa bilang begitu?”

Mulyadi jadi cengar cengir,” ….itu penilaian laki-laki lho bu, saya malu bilangin nya.”

Bu Marta kembali duduk mendekat, sekarang malah sangat dekat hampir merapat ke Mulyadi sambil berkata,” ah.. gak perlu malu…. Bilang aja…”

Nafas Mulyadi terasa sesak, badan nya terasa panas dingin menghadapi tatapan bu Marta, matanya indah dengan bulu mata yang lentik, sesaat kemudian Mulyadi mengalihkan pandangan ke arah tubuh bu Marta mencari alasan penilaian tadi, uups baru deh Mulyadi memperhatikan bahwa bu Marta memakai baju terusan seperti daster tapi dengan lengan yang berupa tali dan diikat simpul di bahunya. Hmmm .. kulit itu mulus kuning langsat dengan tali baju dan tali bra yang saling bertumpuk di bahu, pandangan Mulyadi beralih ke bagian depan uupss… terlihat belahan dada yang hmmm… sepertinya buah dada itu lumayan besar. Sentuhan lembut tangan bu Marta di paha Mulyadi yang masih dibungkus handuk cepat menyadarkan Mulyadi. Dengan penuh selidik bu Marta bertanya,”lho… kok jadi bengong sie..? apa dong alasannya tadi bilang ibu masih 30an…”

Mulyadi sedikit tergagap karena merasa ketahuan terlalu lama memandangi tubuh bu Marta,”mmm… eeemm.. ibu benar-benar masih cantik, kulitnya masih kencang… masih sangat menggoda…”

Tidak ada jawaban dari mulut bu Marta, hanya pandangan mata yang kini saling beradu, saling tatap untuk beberapa saat… dan seperti ada magnet yang kuat, wajah bu Marta makin mendekat, dengan bibir yang semakin merekah. Mulyadi pun seakan terbawa suasana, dan tanpa komando lagi, Mulyadi menyambut bibir merah bu Marta, desahan nafas mulai terasa berat hhhh…hhhh…ciuman terus bertambah dahsyat, bu Marta menjulurkan lidahnya masuk menerobos ke mulut Mulyadi, dan dibalas dengan lilitan lidah Mulyadi sehingga lidah tersebut berpilin-pilin dan kemudian deru nafas semakin berat terasa.

Dengan naluri yang alami, tangan Mulyadi merambat naik ke bahu bu Marta, dengan sekali tarik, terlepas tali pengikat baju di bahu tersebut dan dengan lembut Mulyadi meraba bahu bu Marta sampai ke lehernya…. Kemudian turun ke arah dada, dengan remasan lembut Mulyadi meremas payudara yang masih terbungkus bra itu. “hhhhh…hhhh” nafas bu Marta, mulai terasa menggebu, nampaknya gairah birahinya mulai memuncak. Jemari lentik bu Marta tak ketinggalan meraba dan mengelus lembut dada Mulyadi… melingkari pinggang Mulyadi, mencari lipatan handuk, hendak membukanya…

Uupps…. Mulyadi tersentak dan sadar….,”ups…hhh… maaf bu… maaf bu… saya terbawa suasana….” Mulyadi tertunduk tak berani menatap bu Marta sambil merapikan kembali handuknya, baru kemudian dengan sedikit takut melihat ke arah bu Marta.

Terlihat bu Marta pun agak tersentak, tapi tidak berusaha merapikan pakaiannya, sehingga tubuh bagian atas yang hanya tertutup bra itu dibiarkan terbuka. Pemandangan yang menakjubkan. “napa Mul… kita sudah memulainya… dan kamu sudah membangkitkan kembali gairah ibu yang lama terpendam… kamu harus menyelesaikannya Mul…” tatapan bu Marta terlihat semakin sendu…
“mmm… ibu gak marah..? gimana nanti kalo ada yang lihat bu… bisa gawat dong… pak Sugeng juga bisa marah besar bu…” jawab Mulyadi.

Tanpa menjawab bu Marta bangkit berdiri, namun karena tidak merapikan pakaiannya, otomatis baju terusan yang dipakai jadi melorot jatuh ke lantai. Mulyadi terpana melihat tubuh indah itu, sedikit berlemak di perut dan bokongnya namun itu malah menambah seksi lekuk tubuh bu Marta. Kemudian dengan tenang bu Marta melangkah ke arah pintu kamar dan menguncinya. Saat berjalan membelakangi Mulyadi itu nampak gerakan bokong bu Marta naik turun, dan perasaan Mulyadi semakin tegang dengan nafsu yang semakin tak tertahankan, demikian juga saat bu Marta berbalik dan melangkah kembali menuju tempat tidur, Mulyadi tidak melepaskan sedikit pun gerakan bu Marta. Sampai bu Marta berdiri dekat di depan Mulyadi dan berkata,”kamarnya udah di kunci Mul, dan gak ada yang akan mengganggu….”

Mulyadi tidak langsung menjawab, menghidupkan tape dengan suara yang agak besar, setidaknya untuk menyamarkan suara yang ada di ruangan. Bu Marta kembali duduk di pinggiran tempat tidur, dan membuka bra yang digunakannya.Mulyadi mendekat dan duduk di samping bu Marta … hmmm… nampak payudara itu masih montok dan kenyal, ingin Mulyadi langsung melahap dengan mulut dan menjilatnya.

Bu Marta yang memulai gerakan dengan melingkarkan lengannya ke leher Mulyadi, menarik wajah dan langsung melumat bibir Mulyadi dengan nafsu yang membara. Mulya membalas dengan tidak kalah sengit, sambil meladeni serangan bibir dan lidah bu Marta, tangan Mulyadi meremas payudara montok milik bu Marta. Desahan nafas menderu di seputar ruangan, diselingi alunan musik menambah gairah. Setelah beberapa saat, bu Marta mendorong lembut badan Mulyadi, menyudahi pertempuran mulut dan lidah, dengan nafas yang memburu. Mulyadi mendorong lembut tubuh bu Marta, berbaring terlentang dengan kaki tetap menjuntai di pinggiran tempat tidur. Dada yang penuh dengan gunung kembar itu seakan menantang dengan puting yang telah tegang. Tanpa menunggu lagi Mulyadi melaksanakan tugasnya menjelajahi gunung kembar itu mulai dari lembah antara, melingkari dan menuju puncak puting. Dengan gemas Mulyadi menyedot dan memainkan puting susu itu sambil tangan meremas payudara kembarannya ………………… “HHHH…. AHHH….MMMH….”suara bu Marta mulai kencang terdengar, desahan-desahan nikmat yang semakin menggairahkan.Mulyadi  melanjutkan penjelajahan dengan menyusuri lembah payudara menuju perut dan sebentar memainkan lidah pada udel bu Marta yang menggelinjang kegelian.

Mulyadii menghentikan penjelajahan lidah, kemudian dengan cekatan menarik celana dalam bu Marta, melepaskan dan membuang ke lantai. Dengan spontan bu Marta mengangkat kaki ke atas tempat tidur dan memuka lebar pahanya, terlihat gundukan vagina dengan rambut-rambut yang tertata rapi. Mulyadi mulai kembali aksi dengan menjilati menyusuri paha bu Marta yang halus mulus, terus mendekat ke selangkangan menemui bibir vagina yang mulai mengeluarkan cairan senggama. Tanpa menunggu lama, Mulyadi menyapu cairan senggama itu dengan lidahnya dan meneruskan penjelajahan lidah sepanjang bibir vagina bu Marta dan sesekali menggetarkan lidah pada klitorisnya yang membuat bu Marta mengerang kenikmatan,”AHHHH…. MMMMH… HHH… Mul….UHH…”desahan birahi yang memuncak dari bu Marta membuat Mulyadi semakin bersemangat dan sesekali lidah di julurkan mencoba masuk ke liang senggama yang menanti pemenuhan itu.

Setelah beberapa menit Mulyadi mengeksplorasi liang kewanitaan itu, nampaknya bu Marta tidak sabar lagi menuntut pemenuhan hasrat birahinya,”Mul…. Ayo sayang… masukkin Mul… hhhh…mmmmh.” Suara bu Marta ditingkahi desahan-desahan yang semakin kencang.

Dengan tenang Mulyadi menyudahi penjelajahan lidah dan bersiap bertempur yang sesungguhnya. Dengan sekali tarik lepaslah handuk yang melilit di pinggang dan bebas mengacung penis dengan bagian kepala yang merah mengkilap. Bu Marta semakin membuka lebar pahanya, besiap menanti pemenuhan terhadap liang wanitanya. Mulyadi naik ke tempat tidur dan langsung mengarahkan batang penis ke arah vagina bu Marta yang dengan sigap lansung meraih dan meremas batang kemaluan Mulyadi dan membantu mengarahkannya tepat ke liang vaginanya.

Dengan sekali dorongan penis Mulyadi amblas sampai setengahnya. Mulyadi menahan gerakan sebentar menikmati prosesi masuknya penis yang disambut desahan bu Marta,” AHHH….TERUSKAN Mul….AHHH.” kemudian dengan meresapi masuknya penis sampai sedalam-dalamnya. Setelah dorongan pertama dan batang zakar yang masuk seluruhnya barulah Mulyadi memompa menaik turunkan pantat dengan irama beraturan seakan mengikuti irama musik yang terasa semakin menggebu dan hot.

Mulyadi bertumpu pada kedua siku lengan sedangkan bu Marta mencengkam punggung Mulyadi, meresapi dorongan dan tarikan penis yang bergerak nikmat di liang senggamanya. Suara desahan bercampur aduk dengan alunan musik dan peluh mulai bercucuran di sekujur tubuh,”AH..AH..AH..MMH…MHH…HHHH.” tak hentinya desahan meluncur dari bibir Mulyadi dan bu Marta. Sesaat Mulyadi menghentikan gerakan untuk mencoba mengambil nafas segar, bu Marta memeluk Mulyadi dan menggulingkan badan tanpa melepas penis yang tetap berada di liang vaginanya. Dengan posisi di atas dan setengah berjongkok, bu Marta memompa dan menaikturunkan pantatnya dengan badan bertumpu pada lengan. Sesekali bu Marta memutar pantatnya dan kemudian memasukkan batang zakarMulyadi lebih dalam. Mulyadi tak diam saja, tangan meremas kedua payudara yang menggantung bebas dan menarik-narik puting susu bu Marta. Suasana makin membara dengan peluh yang bercucuran, sampai saat bu Marta seperti tak sanggup melanjutkan pompaan karena birahi yang hendak mencapai puncak pemenuhan. Dengan sigap Mulyadi membalikkan posisi, bu Marta kembali berada di bawah, dengan mempercepat tempo dorongan Mulyadi meneruskan pertempuran. “Mul…AHH..AH..AH..UH…TERUS ZACK…. AHHH…AHH IBU SAMPAI…Mul….AHHHHHHHHH… MMMMMHHH.” Setelah teriakan tertahan bu Marta mengatup bibirnya menikmati orgasme yang didapat, tubuhnya sedikit bergetar. Mulyadi merasa vagina yang mengalami orgasme itu berkedut-kedut seperti menyedot zakarnya. Mulyadi menikmatinya dengan memutar –mutar pantatnya dan memasukkan lebih dalam lagi batang zakarnya, dan terasa ada dorongan kuat menyelimuti batang zakarnya, semakin besar dan sesaat Mulyadi kembali mendorong batangnya dengan cepat dan saat terakhir menarik keluar batanga zakarnya dan melepaskan air maninya di atas perut bu Marta…. Yang dengan cepat meraih penis Mulyadi dan mengocoknya sampai air mani itu berhenti muncrat, dengan lembut bu Marta mengusap penis yang mulai turun ketegangannya. Mulyadi membaringkan tubuhnya disamping bu Marta. Terdiam untuk beberapa saat.

Bu Marta bangkit duduk meraih kain di pinggiran tempat tidur dan menyeka sisa air mani di perutnya. Kemudian dengan manja membaringkan tubuhnya diatas Mulyadi. “makasih ya sayang… ini rahasia kita berdua… I love u Mulyadi,” bisik mesra bu Marta di telinga Marta.

“mmm…baik bu…”belum sempat Mulyadi menyelesaikan ucapannya, jari telunjuk bu Marta menempel di bibirnya, “kalo lagi berdua gini jangan pangil ibu dong…”ucap bu Marta manja.

“iya sayang….” Balas Mulyadi, senyum manis merekah di bibir seksi bu Marta.

Setelah itu dengan cepat Mulyadi dan bu Marta merapikan pakaian, dan sebelum meninggalkan Mulyadi, bu Marta berbisik mesra,”sayang… tar malem suamiku gak ada di rumah….. aku tunggu di kamar ya… berapa ronde pun dilakoni buat Mulyadi sayang.” Sambil berpelukan mesra, Mulyadi menyanggupi ajakan bu Marta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar