Senin, 16 Maret 2015


Ngentot Ibu Mertua dan Bosku

Satu minggu ini Ibu Mertuaku berada di Jakarta, hampir setiap hari setiap ada kesempatan aku dan Ibu Mertuaku selalu mengulangi persetubuhan kami. Apalagi setelah Sinta istriku ditugaskan ke Kutai Kertanegara selama empat  hari untuk mengerjakan proyek yang sedang di kerjakan kantor istriku.

Aku dan Ibu mertuaku tidak menyia-nyiakan kesempatan yang kami peroleh, kami berdua semakin lupa diri. Aku dan Ibu mertuaku tidur seranjang, layaknya suami istri, ketika hasrat birahi kami datang aku dan Ibu Mertuaku langsung menuntaskan hasrat kami berdua. Kusirami terus menerus rahim Ibu Mertuaku dengan spermaku, akibatnya fatal.

Setelah istriku kembali dari Kutai Kertanegara Bapak mertuaku minta agar Ibu mertuaku segera pulang ke Madiun, dengan berat hati akhirnya Ibu mertuakupun kembali ke desa di Madiun. Setelah Ibu mertuaku kembali ke Madiun hari hariku jadi sepi Aku begitu ketagihan dengan permainan sex Ibu Mertuaku aku rindu jeritan jeritan joroknya, saat orgasme sedang melandanya.

Pertengahan Agustus lalu Ibu mertuaku menelponku ke kantor, aku begitu gembira sekali Kami berdua sudah sama sama saling merindukan, untuk mengulangi persetubuhan kami, tapi yang paling membuatku kaget adalah saat Ibu mertuaku memberikan kabar, kalau beliau terlambat datang bulan dan setelah diperiksa ke dokter, Ibu mertuaku positip hamil. Aku kaget sekali, aku pikir, Ibu Mertuaku sudah tidak bisa hamil lagi.





Aku minta kepada Ibu mertuaku, agar benih yang ada dalam kandungannya dijadikan saja, namun Ibu mertuaku menolaknya, Ibu mertuaku bilang itu sama saja dengan bunuh diri, karena suaminya sudah lama tidak pernah lagi menggaulinya, tetapi masih bisa hamil. Baru aku tersadar, yah kalau Bapak mertuaku tahu istrinya hamil, pasti Bapak mertuaku marah besar apalagi jika Bapak mertuaku tahu kalau yang menghamili istrinya adalah menantunya sendiri.
Juga atas saran Dokter, menurut dokter di usianya yang sekarang ini, sangat riskan sekali bagi Ibu mertuaku untuk hamil atau memiliki anak lagi, jadi Ibu mertuaku memutuskan untuk mengambil tindakan.

"Bu, apa perlu aku datang ke Madiun?"
Ibu mertuaku melarang, "Tidak usah sayang nanti malah bikin Bapak curiga, lagipula ini hanya operasi kecil".
Setelah aku yakin bahwa Ibu mertuaku tidak perlu ditemani, otak jorokku langsung terbayang tubuh telanjang Ibu mertuaku.

"Bu aku kangen sekali sama Ibu, aku kepengen banget nih Bu"

"Iya Mas, Ibu juga kangen sama Mas Sugeng. Tunggu ya sayang, setelah masalah ini selesai, akhir bulan Ibu datang. Mas Sugeng boleh entotin Ibu sepuasnya".


Sebelum kuakhiri percakapan, aku bilang sama Ibu mertuaku agar jangan sampai hamil lagi, Ibu mertuaku hanya tersenyum dan berkata kalau dia kecolongan. Gila.., hubungan gelap antara aku dengan Ibu mertuaku menghasilkan benih yang mendekam di rahim Ibu mertuaku, aku sangat bingung sekali.

Saat aku sedang asyik asyiknya melamun memikirkan apa yang terjadi antara aku dan Ibu mertuaku, aku dikagetkan oleh suara dering telepon dimejaku.

"Hallo, selamat pagi".

"Sugeng kamu tolong ke ruang Ibu sebentar".

Ternyata Bos besar yang memanggil, akupun beranjak dari tempat dudukku dan bergegas menuju rangan Ibu Maya. Ibu Maya, wanita setengah baya, yang sudah menjanda karena ditinggal mati suaminya akibat kecelakaan, saat latihan Tabrakan di Tol Padalarang. Aku taksir, usia Ibu Maya kurang lebih 43 tahun, Ibu Maya seorang wanita yang begitu penuh wibawa, walaupun sudah berusia 43 tahun namun Ibu Maya tetap terlihat cantik, hanya sayang Tubuh Ibu Maya agak gemuk.
"Selamat pagi Bu, ada apa Ibu memanggil saya".

"Oh nggak.., Ibu cuma mau Tanya mengenai pekerjaan kemarin, yang diberikan sama Bp. Marwan sudah selesai kamu kerjakan atau belum?".

"Oh.. ya Bu.. sudah, sekarang saya sedang memeriksanya kembali sebelum saya serahkan, biar tidak ada kesalahan". Jawabku.

"Oh.. ya.. sudah kalau begitu, Kok kamu kelihatan pucat kenapa? Kamu sakit?". Tanya Ibu Maya.

"Oh nggak Bu Saya tidak apa-apa".

"Kalau kamu kurang sehat, ijin saja istirahat dirumah, jangan dipaksakan nanti malah tambah parah penyakit mu".

"Ah.. nggak apa-apa Bu saya sehat kok". Jawabku.

Saat aku hendak meninggalkan ruangan Ibu Maya, aku sangat terkejut sekali, saat Ibu Maya berkata, "Makanya kalau selingkuh hati hati dong Geng Jangan terlalu berani. Sekarang akibatnya ya beginilah Ibu mertuamu hamil".

Aku sangat terkejut sekali, bagai disambar petir rasanya mukaku panas sekali, aku sungguh-sungguh mendapatkan malu yang luar biasa.

"Dari mana Ibu tahu?" tanyaku dengan suara yang terbata bata.
"Maaf Geng Bukannya Ibu ingin tahu urusan orang lain, Tadi waktu Ibu menelfon kamu kamu kok online terus Ibu jadi penasaran, Ibu masuk saja ke line kamu. Sebenarnya, setelah Ibu tahu kamu sedang bicara apa, saat itu Ibu hendak menutup telepon rasanya kok lancang dengerin pembicaraan orang lain, tapi Ibu jadi tertarik begitu Ibu tahu bahwa kamu selingkuh dengan Ibu mertuamu sendiri".

Aku marah sekali, tapi apa daya Ibu Maya adalah atasanku, selain itu Ibu Maya adalah saudara sepupu dari pemilik perusahaan tempat aku bekerja, bisa bisa malah aku dipecat. Aku hanya diam dan menundukan kepalaku, aku pasrah

"Ya sudah, tenang saja rahasia kamu aman ditangan Ibu"

"Terima kasih Bu", jawabku lirih sambil menundukkan mukaku

"Nanti sore setelah jam kerja kamu temenin Ibu ke rumah, ada yang hendak Ibu bicarakan dengan kamu, OK".

"Tentang apa Bu?" tanyaku.

"Ibu mau mendengar semua cerita tentang hubunganmu dengan Ibu mertuamu dan jangan menolak" pintanya tegas.

Akupun keluar dari ruangan Ibu Maya dengan perasaan tidak karuan, aku marah atas perbuatan Ibu Maya yang dengan lancang mendengarkan pembicaraanku dengan Ibu mertuaku dan rasa malu karena hubungan gelapku dengan Ibu mertuaku diketahui oleh orang lain.

"Kenapa Geng? Kok mukamu kusut gitu habis dimarahin sama si gendut ya", Tanya Simon sohibku.
"Ah, nggak ada apa apa Mon Aku lagi capek aja".

"Oh aku pikir si gendut itu marahin kamu".

"Kamu itu Mon, gendat gendut, ntar kalau Ibu Maya denger mati kamu".

Hari itu aku sudah tidak konsentrasi dalam pekerjaanku Aku hanya melamun dan memikirkan Ibu mertuaku, kasihan sekali beliau harus dikuret sendirian, terbayang dengan jelas sekali wajah Ibu mertuaku kekasihku, rasanya aku ingin terbang ke Madiun dan menemani Ibu mertuaku, tapi apa daya Ibu mertuaku melarangku. Apalagi nanti sore aku harus pergi dengan Ibu Maya, dan aku harus menceritakan kepadanya semua yang aku alami dengan Ibu mertuaku, uh.. rasanya mau meledak dada ini

Aku berharap agar jam tidak usah bergerak, namun detik demi detik terus berlalu dengan cepat, tanpa terasa sudah jam setengah lima. Ya aku hanya bisa pasrah, mau tidak mau aku harus mencerikan semua yang terjadi antara aku dengan Ibu mertuaku agar rahasiaku tetap aman.

"Kring.. ", kuangkat telepon di meja kerjaku.

"Gimana? Sudah siap", Tanya Ibu Maya.

"Ya Bu saya siap".

"Ya sudah kamu jalan duluan tunggu Ibu di Cafe jalan pemuda".
Ternyata Ibu Maya tidak ingin kepergiannya denganku diketahui karyawan lain. Dengan menumpang mobil kawanku Simon, aku diantar sampai Cafe, dengan alasan aku mau pertemuan dengan klien, dan setelah itu akan pergi ketempat familiku, akhirnya Simon pun tidak jadi menunggu dan mengantarkanku pulang seperti biasanya.

Kurang lebih lima belas menit aku menunggu Ibu Maya, tapi yang ditunggu-tunggu belum datang juga, saat kesabaranku hampir habis kulihat mobil Mercedes hitam milik Ibu Maya masuk ke halaman dan parkir. Ibu Maya pun turun dari mobil dan berjalan kearah ku.

"Hi.. Sugeng ngapain kamu disini?", sapa Ibu Maya.

Aku jadi bingung, namun Ibu Maya mengedipkan matanya, akupun mengerti maksud Ibu Maya, agar kami bersandiwara karena ada beberapa orang yang sedang ramai ingin memasuki ke Cafe..

"Oh nggak Bu, saya lagi nunggu temen tapi kok belum datang juga", sahutku.

Ibu Mayapun masuk ke cafe untuk beberapa saat.

"Gimana, temenmu belum datang juga?" Saat Ibu Maya keluar dari dalam cafe.

"Belum Bu".

"Ya sudah pulang bareng Ibu aja toh kita kan searah".
Aku pun berjalan kearah mobil Ibu Maya, aku duduk di depan disamping supir pribadi Ibu Maya sementara Ibu Maya sendiri duduk dibangku belakang.

"Ayo, Pak Giman kita pulang"

"Iya Nya.. ", sahut Pak Giman

"Untung aku ketemu kamu disini Sugeng Padahal tadi aku sudah cari kamu dikantor kata teman temanmu kamu udah pulang".

Uh.. batinku Ibu Maya mulai bersandiwara lagi.

"Memangnya ada apa Ibu mencari saya?".

"Mengenai proposal yang kamu bikin tadi siang baru sempat Ibu periksa sore tadi, ternyata ada beberapa kekurangan yang harus ditambahkan. Yah dari pada nunggu besok mendingan kamu selesaikan sebentar di rumah Ibu OK".

Aku hanya diam saja, pikiranku benar-benar kacau saat itu, sampai sampai aku tidak tahu kalau aku sudah sampai dirumah Ibu Maya.

"Ayo masuk", ajak Ibu Maya.

Aku sungguh terkagum kagum melihat rumah bossku yang sanggat besar dan megah. Aku dan Ibu Maya pun masuk kerumahnya semakin kedalam aku semakin bertambah kagum melihat isi rumah Ibu Maya yang begitu antik dan mewah.
"Selamat sore Nya",

"Sore Nem, Oh ya.. Nem ini ada anak buah ku dikantor, mau mengerjakan tugas yang harus diselesaikan hari ini juga tolong kamu antar dia ke kamar Aldo, biar Bapak Sugeng bekerja disana".

"Baik Nya".

Akupun diajak menuju kamar Aldo oleh Inem pembantu di rumah Ibu Maya.

"Silakan Den, ini kamarnya".

Akupun memasuki kamar yang ditunjuk oleh Inem. Sebuah kamar yang besar dan mewah sekali. Langsung aku duduk di sofa yang ada di dalam kamar.

"Kring.., kring.. ", kuangkat telepon yang menempel di dinding.

"Hallo, Sugeng, itu kamar anakku, sekarang ini anakku sedang kuliah di US, kamu mandi dan pakai saja pakaian anakku, biar baju kerjamu tidak kusut".

"Oh.. iya Bu terimakasih".

Langsung aku menuju kamar mandi, membersihkan seluruh tubuhku denga air hangat, setelah selesai akupun membuka lemari pakian yang sangat besar sekali dan memilih baju dan celana pendek yang pas denganku.
Sudah hampir jam tujuh malam tapi Ibu Maya belum muncul juga, yang ada malah Inem yang datang mengantarkan makan malam untukku. Saat aku sedang asyik menikmati makan malamku, pintu kamar terbuka dan kulihat ternyata Ibu Maya yang masuk, aku benar benar terpana melihat pakaian yang dikenakan oleh Ibu Maya tipis sekali. Setelah mengunci pintu kamar Ibu Maya datang menghampiri dan ikut duduk di sofa. Sambil terus melahap makananku aku memandangi tubuh Ibu Maya, walaupun gendut tapi Ibu Maya tetap cantik.


Setelah beberapa saat aku menghabiskan makananku Ibu Maya berkata kepadaku, "Sekarang, kamu harus menceritakan semua peristiwa yang kamu alami dengan Ibu Mertuamu, Ibu mau dengar semuanya, dan lepas semua pakaian yang kamu kenakan".

"Tapi Bu", protesku.

"Sugeng, kamu mau istrimu tahu, bahwa suaminya ada affair dengan ibunya bahkan sekarang ini Ibu kandung istrimu sedang mengandung anakmu".

Aku benar benar sudah tidak punya pilihan lagi, kulepas kaos yang kukenakan, kulepas juga celana pendek berikut CD ku, aku telanjang bulat sudah. Karena malu kututup kontolku dengan kedua tanganku.

"Sial!", makiku dalam hati, aku benar benar dilecehkan oleh Ibu Maya saat itu.

"Lepas tanganmu Ibu mau lihat seberapa besar kontolmu", bentak Ibu Maya.

"Mm.., lumayan juga kontolmu".

Malu sekali aku mendengar komentar Ibu Maya tentang ukuran kontolku, yang ukurannya hanya standar Indonesia.
"Nah, sekarang ceritakan semuanya".

Dengan perasaan malu, akupun menceritakan semua kejadian yang aku alami bersama Ibu Mertuaku, mau tidak mau burungkupun bangun dan tegak berdiri, karena aku menceritakan secara detail apa yang aku alami. Kulihat Ibu Maya mendengarkan dan menikmati ceritaku, sesekali Ibu Maya menarik napas panjang. Tiba tiba Ibu Maya bangkit berdiri dan melepaskan seluruh pakaian yang dia kenakan, aku terdiam dan terpana menyaksikan tubuh gendut orang paling berpengaruh dikantorku, sekarang sudah telanjang bulat dihadapanku. Walaupun banyak lemak disana sini namun pancaran kemulusan tubuh Ibu Maya membuat jakunku turun naik.

"Kenapa diam, ayo lanjutkan ceritamu", bentaknya lagi.

"Baik Bu", akupun melanjutkan ceritaku kembali, namun aku sudah tidak konsentrasi lagi dengan ceritaku, apalagi saat Ibu Maya menghampiri dan membuka kakiku kemudian mengelus elus dan mengocok ngocok kontolku, aku sudah tidak fokus lagi pada ceritaku.

"Ahh.. ", jeritku tertahan saat mulut Ibu Maya mulai mengulum kontolku.

"Ahh.. Bu.., nikmat sekali".

Kuangkat kepala Ibu Maya, kamipun berciuman dengan liarnya, kupeluk tubuh gendut bossku.

"Bu.. kita pindah keranjang saja", pintaku,

Sambil terus berpelukan dan berciuman kami berdua berjalan menuju ranjang. Kurebahkan tubuh Ibu Maya, ku lumat kembali bibirnya, kami berdua bergulingan diatas pembaringan, saling merangsang birahi kami.
"Ahh.. ", Jerit Ibu Maya saat mulutku mulai mencium dan menjilati teteknya.
"Uhh Sugeng.. enak.. sayang".

Ketelusuri tubuh Ibu Maya dan jilatan lidahkupun menuju memek Ibu Maya yang licin tanpa sehelai rambutpun. Kuhisap memek Ibu Maya dan kujilati seluruh lendir yang keluar dari memeknya. Banjir sekali Mungkin karena Ibu Maya sudah sangat terangsang mendengar ceritaku.

"Ahh", jerit Ibu Maya saat dua jariku masuk ke lubang surganya, dan tanganku yang satu lagi meremas-remas teteknya.


Aku berharap agar orang yang telah melecehkanku ini cepat mencapai orgasmenya, aku makin beringas lidahku terus menjilati memek Ibu Maya yang sedang dikocok kocok dua jari tanganku. Usahaku berhasil, Ibu Maya memohon agar aku segera memasukan kontolku le lubang memeknya, tapi aku tidak mengindahkan keinginannya, kupercepat kocokan jari tanganku dilubang memek Ibu Maya, tubuh Ibu Mayapun makin menegang.

"Aaarrgghh.. Sugeng", jerit Ibu Maya tubuhnya melenting, kakinya menjepit kepalaku saat badai orgasme melanda dirinya,

Aku puas sekali melihat kondisi Ibu Maya, seperti orang yang kehabisan napas, matanya terpejam, kubiarkan Ibu Maya menikmati sisa sisa orgasmenya. Kucumbu kembali Ibu Maya kujilati teteknya, kumasukan lagi dua jariku kedalam memek nya yang sudah sangat basah.

"Ampun.. Sugeng.. biarkan Ibu istirahat dulu", pintanya.

Aku tidak memperdulikan permintaannya, kubalik tubuh telentangnya, tubuh Ibu Maya tengkurap kini.

"Jangan.. dulu Geng..acchh.. Ibu lemas sekali".
Aku sudah tidak peduli, langsung kutancapkan kontolku ke lubang nikmat Ibu Maya, Bless.. Licin sekali, kupompa keluar masuk kontolku, tubuh Ibu Maya terguncang guncang akibat kerasnya sodokan keluar masuk kontolku, rasanya saat itu aku seperti bersetubuh dengan mayat, tanpa perlawanan Ibu Maya hanya memejamkan matanya. Kukocok dengan cepat dan keras keluar masuknya kontolku di lubang memek Ibu Maya.., dan langsung ku cabut kontolku dan kumuncratkan air maniku diatas perut Ibu Maya.

Karena lelah akupun tertidur sisamping tubuh telanjang Ibu Maya, sambil kupeluk tubuhnya, saat aku terbangun kulihat jarum jam sudah menunjukan pukul setengah sebelas malam, buru buru aku bergegas membersihkan tubuhku dan mengenakan pakaian kerjaku.

"Bu.. Bu.. Maya bangun Bu.. ".

Akhirnya dengan malas Ibu Maya membuka matanya.

"Sudah malam Bu saya mau pulang".

"Sugeng kamu liar sekali, rasanya tubuh Ibu seperti tidak bertulang lagi".

Ibu Mayapun bangkit mengenakan pakaiannya, kami berdua berjalan keluar kamar.

"Tunggu sebentar ya Sugeng, kemudian Ibu Maya masuk kekamarnya, beberapa saat kemudian Ibu Maya keluar dari kamarnya dengan senyumnya yang menawan.

"Ini untuk kamu".

"Apa ini Bu?", Tanyaku, saat Ibu Maya menyodorkan sebuah amplop kepadaku.
Aku menolak pemberian Ibu Maya, namun Ibu Maya terus memaksaku untuk menerimanya. Terrpaksa kukantongi amplop yang diberikan Ibu Maya lalu kembali kami berciuman dengan mesranya.

Dalam perjalanan pulang aku masih tidak menyangka bahwa aku baru saja bersetubuh dengan Ibu Maya. Entah nasib baik ataukah nasib buruk tapi aku benar benar menikmatinya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar